Monday, February 2, 2009

Detik Pemergian Kekasihku...

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melaluikehidupan Rasul-Nya.Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatasmemberikan kutbah,"Wahai umatku, kita semuaada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya.Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al Qur’an dansunnahku.
Barang siapa mencintai sunnahku, berertimencintai aku dan kelak orang-orang yangmencintaiku, akan masuk syurga bersama-samaaku." Khutbah singkat itu diakhiri denganpandangan mata Rasulullah yang tenang danpenuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafasdan tangisnya. Usman menghela nafas panjangdan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluhhati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu,hampir selesai menunaikan tugasnya didunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkapRasulullah yang berkeadaan lemah dan goyahketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu,seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akanmenahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi,tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaringlemah dengan keningnya yang berkeringat danmembasahi pelepah kurma yang menjadi alastidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yangberseru mengucapkan salam. "Bolehkah sayamasuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidakmengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahkusedang demam," kata Fatimah yang membalikkanbadan dan menutup pintu. Kemudian ia kembalimenemani ayahnya yang ternyata sudahmembuka mata dan bertanya padaFatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Taktahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali iniaku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu,Rasulullah menatap puterinya itu denganpandangan yang menggetarkan. Seolah-olahbahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendakdikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskankenikmatan sementara, dialah yang memisahkanpertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kataRasulullah,Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.Malaikat maut datang menghampiri, tapiRasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikutsama menyertainya. Kemudian panggilah Jibrilyang sebelumnya sudah bersiap di atas langitdunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghuludunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapanAllah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amatlemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, paramalaikat telah menanti ruhmu. Semua syurgaterbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullahlega, matanya masih penuh kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?"Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimananasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahaiRasul Allah, aku pernah mendengar Allahberfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagisiapa saja, kecuali umat Muhammad telah beradadi dalamnya," kata Jibril.Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrailmelakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbahpeluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapasakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullahmengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibrilmemalingkan muka."Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkanwajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikatpengantar wahyu itu."Siapakah yang sanggup,melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullahmemekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi."Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan sajasemua siksa maut ini kepadaku, jangan padaumatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dandadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnyabergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Alisegera mendekatkan telinganya."Uushiikum bis shalati, wa maa malakataimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangismulai terdengar bersahutan, sahabat salingberpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkantelinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku,umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia muliayang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kitamencintai sepertinya? Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkankepada sahabat-sahabat muslim lainnya agartimbul kesedaran untuk mencintai Allah danRasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintaikita. Kerana sesungguhnya selain daripada ituhanyalah fana belaka.


p/s : diambil dr blog kak pija utk renungan bersama

No comments: